“Mei
!” kata kakak.
“Kakak?”
kata Mei terkejut.
“Syukurlah,
aku khwatir. Kau kan
tidak punya tempat tinggal lagi untuk pulang.” kata kakak.
“Kalau
begitu apa kau mau tinggal bersmaku sementara ini?” ujarnya lagi.
Tapi Mei sepertinya tidak bisa
menerimanya karena dia masih belum menyerah mendapatkan keluarganya. Dia pun
ingat kalau kunci rumah masih ada di tangannya.Mei kembali ke rumah tempat
permainan berlangsung, dia pun terkejut karena saat dia melihat ke dalam rumah
dia melihat ada orang lain dan ternyata dia adalah penyelenggara game ini.
“Nenek?” kata Mei terkejut.
“Jadi
selama ini penyelenggara game ini adalah nenek?”Tanya Mei.
“Percuma
saja aku mengelaknya, iya benar.” jawab nenek.
“Kenapa
nenek melakukan ini?” tanya Mei lagi.
“Untuk
menebus kesalahan nenek.” Nenek menjawabnya.
“Memangnya
nenek melakukan apa?” Tanya Mei lagi.
Nenek pun menceritakan semuanya
kepada Mei bahwa dulu dia adalah pengelola sebuah panti asuhan tetapi panti
asuhan tersebut hangus terbakar. Oleh karena itu nenek ingin membayar
kesalahannya itu. Mei pun merasa terharu mendengarnya.
Tiba-tiba saja rumah itu menjadi
gelap dan Mei pun jatuh dari tangga.
“Mei
!” kata yang lainnya saat dia mulai tersadar.
“Kenapa
semuana ada di sini?” tanya Mei terheran.
Ternyata kakak yang menghubungi
mereka semua dan memberitahu kalau Mei terjatuh dari tangga dan belum tersadar
sampai sekarang.
Setelah kejadian itu permainan pun
di mulai kembali karena mereka semua telah berkumpul seperti semula. Mei dan
nenek pun merahasiakan tentang identitas penyelenggara game ini.
Pada akhir minggu ternyata semua
anggota keluarga kecuali Mei dan Itaru memiliki acara sendiri-sendiri. Mereka
berdua akhirnya di suruh untuk menjaga rumah. Setelah itu Mei mencoba mengajak
Itaru untuk memasak makan malam tetapi Itaru malah marah kepada Mei.
“Aku ingin makan di luar saja.” Kata
Itaru.
“Hmm...aku akan masak makanan
kesukaanmu.” Kata Mei.
“sudah tidak usah memaksaku.” Itaru
membalasnya.
Tiba-tiba saja Itaru terdorong dan dia menabrak
sebuah pintu rahasia. Mereka berdua terkejut dan penasaran, akhirnya mereka
berdua masuk ke dalamnya.
“Nggak bisa di buka !”kata Mei.
“Apa katamu?” Tanya Itaru.
“Pintunya tidak bisa di buka.” Mei
menjawab.
Akhirnya
pintu bener-bener tidak bisa di buka dari dalam, mereka pun seperti terpenjara
di dalam ruangan tersebut. Tidak lama kemudian Itaru kesakitan, dia mendadak
menjadi lemas seperti ingin pingsan. Itaru seperti itu kerena dia memang tidak
bisa berada di ruangan sempit.
“Mei
!” kata kakak yang dating tiba-tiba.
“Kakak?”
kata Mei.
“Kenapa
Itaru?” tanya kakak.
“Dia
sakit.” Mei menjawab dengan panik.